Selasa, 04 Agustus 2015

Terima Kasih Gontor...

 



Awal mula masuk Gontor, inilah pertanyaan yang aku jumpai pertama kali, apalagi dengan niatku yang masuk Gontor untuk pelarian. Maklum, aku anak pertama yang akan mempunyai saudara baru di usiaku yang masih anak-anak menjelang ABG.

2004...
Tahun dimana aku memasuki dunia baru, Dunia Pesantren yang ga pernah aku bayangkan sebelumnya. Kembali aku bergaul dengan kaum perempuan yang sebelumnya aku mengalaminya di bangku SD (kebetulan sekolahku khusus anak perempuan). Di hari pertama, aku melihat banyak teman-temanku menangis, jauh dari rumah, rindu rumah dengan alasan yang bermacam-macam.

Sampai pada saat pengumuman penerimaan santriwati (pada saat itu Gontor membuat system calon santriwati dengan 3 bulan karantina menjadi santriwati resmi). Aku masih keterima menjadi santriwati Gontor Putri 2 yang artinya aku harus siap untuk pertengahan semester dipindah, entah di Gontor Putri 1 atau di Gontor Putri 3. Satu pengalaman yang sangat menyenangkan, aku bisa tampil di panggung untuk menyalurkan bakatku sebagai penyanyi, walaupun dengan suara yang biasa-biasa saja, aku bersyukur suaraku mendapat banyak respon positif dari Pengajar bahkan teman-teman. Bahkan jika nenekku menjengukku, aku dikenal karena aku pernah menyanyi. Pengalaman ini memang tidaklah besar dan jauh dari kata prestasi, tapi aku menikmatinya karena ini "Bakat"ku

2005...
Aku sudah menjadi santriwati tepatnya di Gontor Putri 3, yang awalnya mendapat banyak sindiran, makian dan tuduhan dari teman seangkatan kami sendiri karena kami pendatang baru (Pindahan dari Gontor Putri 2) tapi seiring berjalannya waktu kami bersatu.



2006..
Tahun ini aku dituntut orang tua untuk mandiri, berangkat ke Pondok sendiri, pulang bareng-bareng temen konsul sendiri. Dan mulai tahun ini ga ada yang namanya istilah "Dijenguk". Ya memang, sebenernya itu juga kemauanku sendiri, daripada uangnya untuk transport PP travel yang menghabiskan hamper 300.000 aku lebih memilih untuk dikirim kepadaku. Jujur aja, aku butuh lebih banyak uang jajan agar aku lebih betah tinggal di Pesantren karena solusi stress yang kualami di sini adalah "MAKAN". Disaat kebanyakan orang yang banyak pikiran malas makan, aku malah bersemangat untuk itu.
Kembali lagi di tahun ini aku bisa menyalurkan bakat awalku seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku mewakili angkatanku untuk lomba "POP STAR" lomba dimana setiap angkatan mengajukan perwakilan untuk, sistemnya sih hamper seperti AFI. ada eliminasi gitu..
Bersyukur aku bisa juara 2. Saya yakin, sebagian pembaca mungkin berpikir "kenapa pesantren mengadakan lomba nyanyi bukan MTQ, HTQ atau sejenisnya". aku bahkan tidak tahu jawabannya pastinya, saya yakin acara ini diadakan dengan maksud santri-santrinya kelak bisa berdakwah dengan berbagai cara. Bukan hanya berpidato, MTQ dan MHQ ta[I bisa dengan cara bernyanyi, menulis, penyiar dan tidak menutup kemungkinan menjadi Artis.

2007...
Ditahun ini bertambah juga pengalamanku, iseng-iseng mengikuti lomba "MISS SKILL" yah sebut saja ini Program "Putri Indonesia" yang ada di Gontor Putri. Dengan berbekal iseng dan sedikit Skill yang dimiliki, ikutlah aku, dan ternyata aku terpilih untuk mewakili angkatanku yang pada saat itu aku duduk di kelas 3. Ga' bisa dibayangkan seneng dan binggung, seneng karena bermodal iseng dengan mengambar kaligrafi dan menjawab pertanyaan seadanya tapi kesaring, binggungnya binggung mau nampilin dan apa yang harus aku lakuin. Maklum saya teman-teman ga punya perawakan feminim alias tingkah tomboyku membuat teman temanku ga percaya aku kepilih dalam seleksi itu. Aku memang pada saat itu tidak memenangkannya, tapi menjadi perwakilan seangkatan dan masuk lima besar aku sudah bersyukur bukan hasil yang aku inginkan, tapi proses untuk menjadi yang terbaik diantara yang baik.

2008...
aku lupa di tahun ini, tapi satu pelajaran berharga, banyak dari temen kita tidak bisa melanjutkan dan berjuang bersama aku dan teman-temanku dengan berbagai factor, baik karena nilai akademik, keluarga dan ekonomi. Dan ditahun inilah aku belajar Leadership, disaat anak anak seusiaku sibuk dengan hingar bingar dan trend remaja, kami disini dituntut untuk bisa menjadi pemimpin untuk mengatur adik-adik kelas untuk membantu lancarnya perpulangan akhir tahun, dari segi persyaratan yang harus dilengkapi dokumen maupun materi. Kejadian naas pun terjadi, karena kelalaian ku mengunci pintu almari sehingga uang untuk perpulangan konsulat raib entah kemana, pasti ada orang lain yang mengambilnya, tapi untuk menuduh itu siapa aku ga ada pikiran selain binggung, dengan apa aku menggantinya, selain meminta tolong orang tua. Sedih, maksud hati tidak ingin merepotkan orang tua untuk mengeluarkan biaya untuk menjemput tapi malah mengeluarkan biaya untuk menutup uang yang hilang.

2009...
Tahun ini, tahun dimana kita benar-benar dijadikan calon pemimpin, Jadi pengurus rayon (walaupun aku enggak :D suatu kelebihan tidak dapat bagian: bisa tidur pas sidang rayon setiap malam jum'at). Di Tahun ini, aku berpisah sama temenku, kejadian yang tidak diinginkan terjadi, dia harus keluar dari Pesantren karena kesalahannya, bener-bener sedih, 3 hari aku seperti orang gila, nangis setiap denger namanya, perasaan kehilangan dan bersalah bercampur aduk (ini bukan lebay, ini serius jika kamu pernah menjadi santri dan berpisah dengan teman terdekatmu bukan karena keinginan masing-masing tapi karena peraturan). Di Tahun ini juga aku harus rela melatih mental kesabaran. disaat hujan mengguyur dan aku harus membuka pioneering anggotaku yang belum selesai, membuat pioneering disaat lainnya sarapan pagi. Ya, tahun ini aku diberi amanat untuk menjadi Pembimbing Gudep yang mempunyai warna kebangsaan Orange dan Dongker. Tak jarang aku menangis karena ulah anggotaku dan tak jarang aku menjadi sangat jahat dikala aku harus memarahi mereka. But, I really miss this moment, when I called "Mommy" (Ibu, Sebutan untuk Pembimbing Gudep).

 
 
2010....
Dimana aku harus bersiap menghadapi ujian akhir KMI yang menjadi momok santriwan dan santriwati, begitu banyak pelajaran yang harus kami pelajari, pelajaran dari kami kelas 4, mungkin jika buku-buku itu berbahasa Indonesia aku masih ada waktu bersenang-senang, Tapi berhubung semua buku berbahasa Al-Qur'an jadinya focus, mana aku termasuk tipe yang ga suka banget menghapal.
satu hari,,, 2 hari,,, 3 hari...
Tibalah disaat penentuan penempatan pengabdian, semua teman-temanku sudah terpanggil, mungkin hanya beberapa puluh oran yang terpanggil, dan benar saja, aku termasuk panggilan yang terakhir. Takut kalau ditempatkan di tempat nan jauh disana, Tapi takdir berkata lain, aku ditempatkan di Pondok Alumni "Al Ishlah" Bondowoso, bersama 3 orang teman temanku dari daerah yang sama denganku.

Malam hari, dimana Moment aku dan teman temanku akan melepas status "santriwati" menjadi "alumni", Di tanggal dimana Indonesia Merdeka,kami pun juga merdeka, tapi bukan berarti kita akan tinggal diam, justru tugas dan amanah akan menjadi lebih banyak semakin bertambah.
Sedih dicampur bahagia, Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang artinya kebersamaan tinggal kenangan, sedih karena wisuda tidak di dampingi ortu, sedih tidak akan mendengarkan teguran dan bentakan yang sebenarnya adalah bentuk perhatian. Senang karena akhirnya bias berjuang hingga dapat mendapat dan menyandang gelar "alumni". Semoga perjuangan ini bias mendapatkan hasil, dan diridhai Allah.

Terima Kasih Gontor,,
Walaupun kata Terima Kasih tak mampu membayar semua yang telah engkau ajarkan, engkau berikan kepada kami, tapi setidaknya kata-kata inilah yang mewakilkan perasaan kami karena apa yang telah engkau berikan.
Terima Kasih Gontor,,,
Bukan hanya ilmu sekedar ilmu yang tercatat atau tertulis di sebuah buku yang kami peroleh, kami banyak mendapatkan pelajaran kehidupan dunia maupun akhirat, nilai kebersaman yang tak tertandingi, arti dari perjuangan, pendidikan yang bukan hanya kami baca, tapi kami perhatikan, kami lihat, kami dengar dan kami rasakan.
Terima Kasih Gontor,,,